“Dengan fitnah itu pula kami dibuat lumpuh. Tapi sampai eyangmu tua begini, tak pernah to ada pelurusan berita tentang kami.”
Buku ini adalah sebuah naskah drama buatan Faiza Mardzoeki yang bercerita tentang lima perempuan tua yang pernah menjadi tapol 65 yang menceritakan kisah mereka kepada salah satu cucunya. Kisah antargenerasi ini dikemas dalam adegan-adegan sederhana dan dialog yang juga moving.
Dalam pembuatan drama ini sendiri, Mardzoeki sangatlah sensitif. Research after research have been done prior to the script-writing. Bahkan, para aktor juga melakukan riset/pengamatan dengan para mantan tapol.
Mardzoeki menyebut karya ini sebagai cerita fiksi yang terinspirasi dari fakta sejarah Indonesia.
Cerita dimulai dari Eyang Nini dan Ming (cucu Eyang Nini) yang tengah mempersiapkan kedatangan tamu Eyang Nini yang tak lain adalah kawan-kawan lamanya. Maksud kedatangan tamu tersebut adalah untuk menguatkan Eyang Nini yang ingin menyampaikan sebuah kisah yang sudah lama beliau pendam dari Ming.
Perbedaan generasi diantara keduanya membuat percakapan seputar masa lalu dan sejarah menjadi suatu hal yang sulit. Mardzoeki shed some light how the generational difference and propaganda created a gap in between Eyang Nini and Ming.
Like many other young people living through Orba propaganda against communism, Ming grew up watching the infamous movie and hearing gore stories about the killing of five generals.
Topik ini diringkas lewat satu pertanyaan Eyang Nini kepada Ming: Kamu sendiri, tidak takut mendengar atau mengucapkan kata Gerwani, Nduk?
Many of the dialogues saddened me, tapi itulah poin dari buku/drama ini, bahwa sejarah memang terkadang pahit tapi bukan berarti harus ditutupi dan dilupakan—perlu untuk selalu dipelajari.
At last, Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer bukan cuma cerita tentang perempuan-perempuan yang dibungkamkan kisahnya, tapi juga bagaimana perempuan-perempuan modern saat ini wajib untuk membuka kembali lembaran sejarah yang tidak didapat lewat pembelajaran formal di bangku sekolah.
It’s about generational trauma and how healing the trauma is based on one’s decision alone.
It’s about how women tell their stories on their own terms