Bercerita #1
Catatan untuk diri sendiri
Di mimpiku terkadang terselip keinginan untuk menjadi perempuan tangguh seperti Nyai Ontosoroh, yang oleh masyarakat dianggap perempuan rendahan dan hina namun ia berani melawan mereka yang menginjak-injak harga dirinya. Di mimpiku yang lain, aku hanya ingin hidup selow seperti Keiko Furukura yang tak masalah tak punya tujuan hidup dan ambisi meski di sindir tidak normal oleh lingkungan sendiri. Di dunia nyata aku berharap menjadi bagian dari aktivis sosial yang berani menyuarakan isu perempuan dibalik kejamnya patriarki negeri ini. Tapi di sisi lain aku hanya ingin menjadi kaum selonjoran yang suka haha hihi tanpa memedulikan isu terkini.
Aku juga berharap dapat menjadi individu tangguh yang tidak peduli apa yang orang lain pikirkan, toh mau dibuat bagaimanapun kita tidak akan bisa meneyenangkan semua orang kan? Sayangnya ada diriku lain yang harus menghabiskan waktu berjam-jam memikirkan apa saja yang pantas di upload dengan mempertimbangkan citra diriku di depan orang lain. Fisikku satu, tapi pikiranku beribu.
Aku benci dengan perempuan bodoh, tidak suka dengan perempuan lemah, dan paling tidak bisa dengan perempuan manja. Tapi proses pendewasaan mengubah mindset ku bahwa mereka yang ku anggap bodoh tidaklah sebodoh yang kukira, mereka yang ku anggap lemah bisa saja melawan, dan mereka yang ku anggap manja tidaklah semanja yang ku kira. Sayangnya aku lupa, bahwa terkadang aku adalah bagian dari mereka, dan bodohnya aku senang berlindung dibalik istilah anak muda dengan idealismenya.
Apakah proses pendewasaan memang seperti ini? Bisa jadi, entahlah mari kita lihat sejauh mana diriku berubah. Mengutip kata teman, respect the process.