Bercerita #2
Untuk kalian yang pernah aku temui
Entah kenapa di akhir pekan yang damai ini saya ingin menulis sesuatu. Entah karena sering feeling blue dan banyak pikiran, tapi momen ini jadi kesempatan bagi saya yang buruk dalam mencurahkan perasaan untuk belajar melampiaskannya melalui tulisan.
Ini bukan tulisan berat penuh makna maupun metafora, ini hanyalah tulisan sederhana untuk mereka yang pernah saya temui. Saya bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kehidupan dan kesempatan pernah bertemu dengan kalian. Bersyukur tidak melulu soal uang dan jabatan kan? Bertemu orang-orang hebat juga merupakan nikmat yang perlu di syukuri.
Hai, apa kabar kalian? Kita jarang ketemu dan ngobrol tapi saya masih ingat dan selalu mendukung kalian. Apapun itu.
Kalimat diatas sederhana tapi saat menulis itu saya agak geli karena tidak membayangkan bisa mengucapkannya secara langsung. Saya menganggap itu cringey dan saya benci hal-hal penuh afeksi seperti itu. Tapi sungguh kita memang jarang bertemu dan berkomunikasi tapi saya masih disini dan sangat terbuka jika kalian butuh teman sambat. Ya sambat, karena saya tipe teman yang lebih cocok jadi tempat sampah daripada tempat mencari motivasi hehe.
Masih ingat waktu kita pertama bertemu? Masih ingat percakapan ngalor-ngidul yang kita bahas? Masih ingat momen-momen yang kita jalani? Tidak peduli itu sebatas pertemuan singkat, tidak peduli saya kenal kamu secara personal atau tidak, tidak peduli karena kebetulan atau janjian, saya berterimakasih karena berkat pertemuan itu hadirlah sebuah kenangan. Kenangan yang kemudian membantu saya membangun pola pikir. Entah baik atau buruknya kenangan itu telah mengajari saya arti kehidupan.
Saya tidak mengelak bahwa banyak kesalahan yang telah dan masih saya lakukan hingga menyakiti orang lain. Jika membahas kesalahan masa lalu, saya kembali teringat akan diri saya di bangku sekolah. Seorang remaja tanggung yang masih egois, keras kepala, dan mudah emosi. Jika diantara kalian yang membaca ini adalah teman seangkatan maupun adik angkatan saya dulu, saya benar-benar mohon maaf atas diri saya di masa lalu. Kejadian itu sudah lampau namun rasa bersalahnya masih saya rasakan sampai sekarang. But whatever happens in the past, it’s always stay in the past. It is time to moving on.